Kamis, 05 Februari 2009

China-India Jalur Dagang Bersejarah Dibuka


Nathu La Pass, Kamis - Pemerintah India dan China, Kamis (6/7), akhirnya sepakat membuka kembali jalur perdagangan bersejarah Nathu La setelah ditutup selama 44 tahun karena konflik perbatasan.

Daerah perbatasan yang ada di kawasan Pegunungan Himalaya dengan ketinggian 4.545 meter di atas permukaan laut itu termasuk bagian dari jalur perdagangan masa lalu yang bersejarah dan dikenal sebagai "Jalan Sutra". Jalur Jalan Sutra itu dikenal karena pernah menghubungkan China dengan India, Asia Barat, dan Eropa.

Pembukaan kembali perbatasan Nathu La itu diabadikan dengan upacara sederhana tepat di garis perbatasan Sikkim (India) dan Tibet (China). Pedagang dari kedua sisi disambut dengan selendang sutra, musik, dan tarian tradisional masing-masing. Jalur Nathu La ini dibuka hanya beberapa hari setelah jalur transportasi kereta China-Tibet dibuka. "Pembukaan kembali jalur sepanjang 563 kilometer ini menandai munculnya harapan baru dan kesejahteraan serta meningkatnya hubungan bilateral dua negara," kata Pemimpin Kawasan Otonomi Tibet C Phuntso.

India berharap jalur Nathu La itu bisa menjadi alternatif jalur perdagangan selain jalur laut yang selama ini dilakukan dengan China. Meski perdagangan melalui Nathu La tersebut tidak akan dikenai pajak, Pemerintah India akan membatasi ekspornya dengan 29 komoditas, antara lain, beras, rempah-rempah, gandum, bumbu-bumbuan, teh, dan tekstil. Para pedagang China juga dibatasi mengekspor 15 jenis komoditas, antara lain, kulit domba, kulit kambing, kain wol, kain sutra, serta ekor dan rambut Yak.

Setiap tahunnya musim perdagangan akan dimulai 1 Juni hingga 30 September. Waktu ini dinilai tepat karena badai salju diperkirakan telah reda sehingga jalur perdagangan Nathu La itu akan bisa lebih mudah dilewati.

Pembukaan kembali jalur perdagangan bersejarah itu terealisasi setelah tiga tahun lalu China mengatakan kemungkinan akan mencabut klaimnya atas wilayah Sikkim, mantan kerajaan Buddha yang kemudian bergabung dengan India tahun 1975.

Hubungan India-China menjadi semakin erat tahun lalu ketika Perdana Menteri China Wen Jiabao dan PM India Manmohan Singh sepakat membangun "jembatan persahabatan baru untuk masa depan yang lebih baik".

Mengulang sejarah

Dengan dibukanya rute perdagangan bersejarah di Nathu La dan jalur transportasi Qinghai- Tibet, para pengamat mengatakan China dan India dipastikan akan mampu menghidupkan lagi masa-masa kejayaan jalur kuno Jalan Sutra dengan mengirimkan barang-barang perdagangan dari daerah-daerah pedalaman di China ke India dan Asia Selatan melalui Tibet.

BBC News menyebutkan, para pengamat yakin perdagangan melalui rute darat itu bisa menghasilkan jutaan dollar dari sisi perdagangan saja.

Namun, untuk sejumlah kalangan, keuntungan dari pembukaan jalur Nathu La itu akan lebih terasa dari sisi politik daripada sisi ekonomi. "Dibukanya perbatasan itu lebih signifikan bagi diplomasi India, tetapi tidak untuk sektor perdagangan. Khususnya dalam hal ini wilayah Sikkim," kata ahli hubungan internasional di Universitas Jadavpur di Calcutta, Jayantanuja Bandopadhyay.

Bergabungnya Sikkim dengan India ditentang keras oleh China yang selama ini mengklaim Sikkim sebagai wilayah China. "Dengan memperbolehkan jalur perdagangan melewati Nathu La, berarti China telah mengakui Sikkim sebagai bagian dari India," kata Bandopadhyay.

Para pengamat menyebutkan, hubungan ekonomi yang semakin erat pada akhirnya bisa membantu menyelesaikan konflik perbatasan yang ada. "Langkah seperti membuka perbatasan lambat laun bisa mengubah persepsi rakyat dua negara tentang konflik perbatasan yang menjadi masalah paling menjengkelkan," kata Sudheendra Kulkarni, mantan pejabat zaman PM India Atal Behari Vajpayee.

Zhang Guihong, ahli hubungan China-Asia Selatan di Universitas Zhejiang, menyebutkan, sebelum perbatasan Nathu La dibuka perdagangan kedua negara hanya bisa dilakukan melalui laut dengan biaya lebih tinggi.(REUTERS/AFP/AP/LUK)


sumber : kompas



1 komentar: